Ticker

6/recent/ticker-posts

Cerminan Sejarah Lembaga Takmir Masjid (LTM) NU

 


Kebumen (19/1) - Dalam rangka memeriahkan Hari Lahir NU Ke-102 1446H/2025, Lembaga Takmir Masjid (LTM) PCNU Kebumen menyuguhkan kembali artikel menarik tentang sejarah LTM NU. Tujuannya agar kita semua dapat: (1)merenungi kembali jejak perjuangan pendiri dan pengurus NU dan peran masjid di sepanjang perjuangan NU pada masalalu, (2)berbuat terbaik untuk NU, masjid muholla, dan masyarakat sekitarnya pada masakini, dan (3)membantu menyiapkan generasi dan kader NU di masa mendatang dalam rangka mengembangkan dan memberdayakan masjid dan musholla NU di wilayah Kebumen. Berikut artikel dari NU Online (26 Mei 2019).

KH Saifuddin Zuhri dalam bukunya menyebutkan bahwa NU disebarkan para tokohnya dari surau ke surau. Tidak salah karena para tokoh tersebut adalah para ahli masjid. Mereka hidup dan tinggal dekat masjid. Dengan demikian, NU meletakkan pusat gerakan melalui masjid. 

Hal itu bisa dibuktikan pada masa awal NU berdiri. Beberapa bulan setelah didirikan, pada 1926, NU mengadakan Muktamar pertamanya di Surabaya. Kegiatan tersebut ditutup dengan pengajian umum di Masjid Ampel. Kegiatan tersebut dihadiri 10 ribu warga. Dua tahun berikutnya, pada momentum yang sama, diadakan hal serupa di tempat itu juga. 

Ketika muktamar NU bergeser ke barat, yaitu Semarang pada tahun 1929, kegiatan diakhiri hal serupa, yaitu pengajian umum yang dihadiri belasan ribu orang. Tahun berikutnya hal serupa berlangsung di Semarang. Tahun berikutnya di Cirebon. Lalu Bandung, Jakarta, dan seterusnya. 

Dari waktu ke waktu, NU terus bergerak menghadapi tantangan zaman. Para kiai kemudian membentuk lembaga khusus yang menangani masjid yang sekarang disebut LTMNU atau Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama. 

Menurut Ensiklopedia NU, lembaga tersebut bertugas menjalankan kebijakan NU di bidang pengembangan dan pemberdayaan masjid. Secara resmi lembaga tersebut didirikan pada 12 Dzulhijjah 1390 atau 9 Februari 1971 di Surabaya. Pada waktu itu, nama lembaga tersebut adalah Hai’ah Ta’miril Masjid Indonesia (HTMI). 

Para kiai kemudian mengubah HTMI menjadi Lembaga Takmir Masjid Indonesia (LTMI) pada Muktamar NU ke-31 di Solo (2004). Sedangkan nama LTMNU merupakan hasil Muktamar NU ke-32 di Makassar (2010). 

Tujuan LTMNU sebagaimana dijelaskan Ensiklopedia NU adalah revitalisasi masjid supaya masjid tak hanya menjadi tempat shalat, tetapi menjadi tempat yang selalu tercermin dalam doa para jamaahnya: Allahumma inni as-aluka salamatan fid-dini, wa 'afiyatan fi jasadi, wa ziyadatan fil-ilmi, wa barakatan fir-rizki, wa taubatan qoblal-maut, wa rahmatan 'inda-l-maut, wa maghfiratan ba'dal-maut.

Penjabaran dari tujuan-tujuan tersebut. Pertama, AIlahumma inni as-aluka salamatan fid-dini. Masjid menjadi tempat supaya selamat agamanya sampai akhir hayatnya, aqidahnya Ahlussunnah wal jamaah, syariahnya, madzahibul arba’ah, akhlaknya atau tasawufnya Junaidi al-Baghdadi dan al Ghazali;

Kedua, wa afiyatan fi jasadi. Melalui program ini, masjid dijadikan pusat kegiatan kesehatan. Program ini harus disinergikan dengan lembaga-lembaga lain.

Ketiga, wa ziyadatan fil-ilmi. Masjid sebagai majelis taklim, tempat pemberdayaan pemikiran, dan tempat kiai mengajar atau memberi tausiyah, khususnya khutbah, dengan materi yang Iebih menyentuh kebutuhan masyarakat.  Di masjid juga terdapat Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), madrasah diniyah, atau sekolah umum di sampingnya.

Keempat, Wa barakatan fir-rizki. Masjid sebagai tempat pemberdayaan ekonomi;

Kelima, wa rahmatan 'inda-l-maut. Masjid sebagai tempat mengurus jenazah, pelatihan menangani jenazah, dan lain-lain;

Keenam, wa taubatan qoblal-maut. Masjid sebagai tempat bertaubat, kembali kepada Allah;

Ketujuh, wa maghfiratan ba'dal-maut. Masjid sebagai tempat untuk tahlilan. 

Pada masa kepemimpinan KH Abdul Manan A Ghani, yaitu pada 2010-2015, ketujuh program tersebut diperkuat kembali dengan melaksanakan pelatihan di daerah-daerah. LTMNU hampir tiap minggu mendatangi cabang-cabang NU dan PWNU untuk mengingatkan kembali betapa pentingnya tujuh agenda tersebut. 

Untuk mendukung program-program tersebut, LTMNU menyelenggarakan pelatihan takmir masjid, pelatihan memandikan jenazah, pemberian identitas NU di masjid, seperti kalender dan jadwal waktu shalat berlogo NU, juga posko mudik lebaran berbasis masjid, dan lain-lain. 

Para Ketua LTMNU dari masa ke masa adalah KH Ahmad Syaikhu (1971-1981), KH Ayatullah Saleh (1971-1986), KH Achmad Syaikhu Rotib (1986-1991), KH lrfan Zidny (1991-1996), H M Sutrisno Hadi (1996-2004), H Syarifuddin Muhammad (2004-2010), KH Abdul Manan A Ghani (2010-2015), KH Mansur Syairozi (2015-sekarang). (Abdullah Alawi)

Akhirulkalam, LTM NU Kebumen mengajak warga NU khususnya, mari kita bersama memakmurkan masjid musholla di sekitar kita. Mari kita ajak remaja dan pemuda-pemudi NU untuk dekat dan berkiprah memakmurkan masjid musholla kita. 

Al Quran menyebutkan: "Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, mendirikan shalat, menuaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapapun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS.Al Taubah, 9:18)

Sumber: NU Online (26 Mei 2019)

Foto ilustrasi: Masjid Jami' Giwangretno Sruweng Kebumen (Wikimedia-2022)
(ASC2025)