Ticker

6/recent/ticker-posts

Khutbah Jumat: Makmurkan Masjid di Bulan Ramadhan


  

Khutbah I

  

اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْمِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كُنِّيَ بِأَبِي الْقَاسِمِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Taqwa merupakan sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karenanya khatib mengawali khutbah ini dengan wasiat taqwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan. 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Indonesia merupakan negara yang paling banyak tempat ibadahnya, khususnya umat muslim seperti masjid, mushala, langgar atau surau. Semuanya sangat bisa dipergunakan untuk ibadah wajib maupun ibadah sunah, baik bersifat berjamaah ataupun perorangan.

Masjid menjadi tempat suci dan tempat aktivitas umat Islam di seluruh dunia. Istilah masjid sebenarnya diambil dari kata sajada-yasjudu-sujudan yang berarti meletakkan dahinya di atas bumi, dan orang yang melakukannya dinamakan dengan sajid (orang yang sujud).

Di dalam bahasa Arab masjid merupakan bentuk isim makan (kata benda yang menunjukkan arti tempat) yang awalnya berupa kata masjad yang berarti tempat sujud lalu berubah bentuk menjadi masjid , seperti kata maulad yang merupakan isim zaman (baca:kata benda yang menunjukkan arti waktu atau masa) yang berarti hari kelahiran kemudian berubah menjadi kata maulid.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Masjid secara etimologi berarti segala tempat yang digunakan untuk beribadah atau bisa diartikan dengan tempat sujud. Oleh karena itu secara bahasa di mana saja seseorang melakukan shalat asalkan tempatnya suci dari najis termasuk lapangan, maka tempat tersebut disebut dengan masjid. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi SAW:

جُعِلَتْ لِى الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا

 

“Dijadikan untukku setiap tanah yang baik masjid dan suci”(H.R. Bukhari-Muslim)

Tetapi secara terminologi masjid adalah sebuah bangunan yang digunakan untuk shalat. Berdasarkan hal tersebut berarti suatu bangunan yang dipersiapkan secara khusus untuk digunakan sebagai tempat shalat, maka ia disebut dengan masjid. Dengan demikian istilah mushala, langgar dan surau sesungguhnya masuk ke dalam katagori masjid. Hal tersebut karena memang bangunan-bangunan tersebut dipersiapkan untuk pelaksanaan shalat. Sementara lapangan (alun-alun) karena ia tidak berbentuk bangunan maka tidak dapat dikatakan sebagai masjid secara terminologis, akan tetapi boleh melaksanakan shalat di atasnya asalkan tempatnya suci.

Hal ini dalam tinjauan ushul fiqih menggunakan makna ‘urfi. Sebab dalam ilmu ushul fiqih ketika terdapat suatu hal, maka ditinjau makna syar’i-nya terlebih dahulu. Apabila tidak ada, maka ditinjau makna ‘urfi-nya (baca: kebiasaan masyarakat). Sementara apabila tidak ada, maka menggunakan makna lughawi (baca: sisi bahasa Arabnya). Sedangkan apabila tidak ditemukan juga, maka baru menggunakan makna majazi (baca: kiasan). 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Masjid yang pertama kali dibangun di muka bumi adalah Masjid al-Haram yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS beserta putranya, yaitu, Nabi Ismail AS. Di dalam hal ini Allah SWT berfirman:

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

 

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”. 

(QS. Ali Imran, 3: 96).

 

Ayat di atas diungkapkan sekaligus untuk membantah pernyataan orang-orang Ahli Kitab yang menyatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul Maqdis.

Dalam kehidupan Rasulullah SAW masjid merupakan sesuatu yang sangat penting. Hal ini terlihat saat beliau melakukan hijrah ke kota Madinah. Hal yang pertama dilakukan olehnya adalah membangun masjid, yaitu, masjid Quba. Oleh karena itu masjid Quba merupakan masjid yang pertama kali di bangun di Madinah dan selanjutnya dibangun masjid Nabawi.

Sampai sekarang masjid ini masih berdiri tegak dan umumnya dikunjungi oleh para jamaah Haji dan Umrah. Di dalam suatu Hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Shalat dua rakaat di masjid Quba sama dengan melaksanakan ibadah umrah satu kali”. (HR. al-Tirmidzi).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Setelah Rasulullah SAW membangun masjid, kemudian Rasulullah SAW senantiasa menyeru umat Islam untuk membangun dan memakmurkan masjid. Di dalam suatu Hadits dikatakan:

 

مَنْ تَوَضَّأَ فِى بَيْتِهِ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتىَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَهُوَ زَائِرٌ الله وَحَقٌّ عَلَى الْمَزُوْرِ أَنْ يُكْرِمَ الزَائِرَ

 

“Barang siapa berwudhu di rumahnya lalu ia meyempurnakan wudhunya kemudian mendatangi masjid, maka ia adalah orang yang telah berkunjung kepada Allah SWT. Dan merupakan suatu kewajaran apabila sosok yang dikunjungi akan memuliakan orang yang berkunjung”. (HR. Abu Daud)

 

Karena berkunjung ke masjid berarti berkunjung ke 'rumah Allah', maka hendaklah orang yang berkunjung harus memiliki hati yang ikhlas dan semata-mata memohon pertolongan dan doa kepadanya. Hal ini sesuai dengan firman Alalh SWT:

 

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

 

 “Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”.(QS. al-Jin, 72:18).

  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

​Dahulu, seorang ilmuan bernama Ibnu Sina apabila memiliki problem hidup dan kehidupan, maka ia senantiasa ber-i’tikaf di masjid untuk memperoleh solusinya. Rasulullah SAW ketika akan melakukan perjalanan Isra dan Mi’raj, beliau memulainya dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha, lalu menuju Sidratul Muntaha. Dari sini jelas terlihat bahwa masjid merupakan tempat suci untuk membersihkan hati. 

Di muka bumi ini masjid merupakan taman surga. Rasulullah SAW bersabda:

 

اِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا قَلْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ الْمَسَاجِدُ وَمَا الرَّتْعُ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ سَبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لله وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

 

“Apabila kalian berpapasan dengan taman surga, maka singgahlah. Aku bertanya kepada Rasulullah SAW apa yang engkau maksud dengan taman surga? Ia menjawab masjid-masjid. Dan dengan apa singgahnya wahai Rasulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab: Dengan membaca Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Allah Maha Besar”. 

(HR. al-Tirmidzi).

 

Hadits di atas mengisyaratkan apabila kita semua ingin masuk surga dan berada di tamannya, maka sering-seringlah kita masuk di dalam masjid, melaksanakan shalat berjamaah, ber-i’tikaf, berdzikir, wiridan, dan membaca al Quran. 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

​​​​​Selain membangun masjid, umat Islam memiliki kewajiban yang lebih penting lagi, yaitu memakmurkan masjid dengan kegiatan ibadah mahdhoh sholat lima waktu dan ibadah sosial lainnya. Fenomena yang terjadi di tengah masyarakat Muslim Indonesia kadangkala terasa menyedihkan.Tidak sedikit bangunan masjid yang bagus dan mewah, akan tetapi tidak banyak yang mengunjungi dan memakmurkannya. Pada saat membangun masjid mereka berani bersusah-susah, hanya saja setelah masjid selesai dibangun, maka aktivitas di masjid kurang diperhatikan. Sangat disayangkan jika masjid hanya ramai ketika dibangun, dan setelah itu sepi bahkan dikunci. Bahkan anak-anak dan remaja dijauhkan dari masjid. Ini tentu sangat disayangkan. 

Biasanya masjid akan ramai saat Bulan Suci Ramadhan, dan ini pun hanya di sepuluh hari pertama dan setelah itu biasanya akan berkurang jamaahnya. Alasannya bermacam dan beragam. Fenomena seperti ini sesungguhnya dahulu pernah digambarkan oleh para sahabat.

Diceritakan oleh Abu Hurairah ra: Suatu hari Abu Hurairah melewati pasar di kota Madinah lalu ia berdiri dan menyeru kepada orang-orang yang berada di pasar tersebut dan berkata:”Wahai para penghuni pasar apa yang melemahkan kalian, modalkah? Benar wahai Abu Hurairah! Abu Hurairah berkata: Kalian bisa mengambil harta warisan Nabi di masjid. Setelah berkata demikian orang-orang yang berada di pasar bergegas menuju masjid Rasulullah SAW, sementara Abu Hurairah tetap berdiri di tempat di tengah pasar. Setelah mereka kembali, mereka berkata: Wahai Abu Hurairah kami telah datang ke masjid Rasulullah dan kami telah masuk di dalamnya, tetapi kami tidak melihat ada pembagian warisan. Abu Hurairah balik bertanya: Kalian tidak melihat seorangpun di masjid? Mereka menjawab kami melihat hanya saja yang kami lihat sekelompok orang sedang melaksanakan shalat, sekelompok lainnya sedang membaca al Quran dan sekelompok lagi sedang melakukan ta’lim. Abu Hurairah berkata: Celaka itulah sebenarnya harta warisan Rasulullah SAW. (HR. al-Thabrani).   

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

 

  

Khutbah II

  

 اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ.

 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

 


Referensi:

https://lampung-nu-or-id.cdn.ampproject.org/v/s/lampung.nu.or.id/amp/khutbah/khutbah-jumat-mari-memakmurkan-masjid-di-bulan-ramadhan-mlUrb?