KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) didampingi sejumlah santri saat menjalankan ibadah haji di Mekkah.
JAKARTA - Wafatnya ulama besar KH Maimoen Zubair menyisakan duka mendalam bagi seluruh umat Islam Indonesia. Beberapa santrinya mengenang Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Anwar Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah tersebut dengan sejumlah pesan.
Salah satunya terkait kematian yang pernah disampaikan beberapa bulan lalu. Tokoh yang biasa disapa Mbah Moen ini ingin wafat pada hari Selasa saat haji di Kota Mekkah.
"Mbah Moen pernah ngendiko (berbicara) kepada salah satu santrinya 'Aku iki kepengin wafat dino Sloso dan pada saat aku haji nang Mekkah' (Aku ingin meninggal dunia hari Selasa ketika haji di Mekkah)," kata salah satu santri yang mendampingi Mbah Moen di Kota Mekkah, Arab Saudi, Labib Sodik Suhaemi, Selasa (6/8/2019).
Menurut Sodik, pesan itu pernah diucapkan beberapa bulan lalu kepada sahabat temannya yang bernama Said. Keinginan itu ternyata hari ini dikabulkan Allah SWT.
Sodik menegaskan Mbah Moen tidak memiliki riwayat sakit yang gawat, paling hanya diabetes mellitus. Namun, menurut dia, Mbah Moen meninggal dunia karena umurnya memang sudah tua. Selain itu juga kelelahan karena tamu yang datang terus menerus hampir 24 jam tanpa henti.
"Padahal kita keluarganya, santrinya, sudah mencegah, tapi (Mbah Moen bilang-red) jangan, biar masuk saja," tutur Sodik yang selalu menemani Mbah Moen di Hotel Safwa Tower Mekkah ini.
Ada satu pesan yang disampaikan Mbah Moen pada saat terakhir sebelum meninggal dunia. Mbah Moen meminta kepada para santrinya untuk bisa memanusiakan manusia. Hal ini mudah diucapkan tapi sulit untuk dilakukan.
"Kalau kita meniru Kanjeng Nabi salatnya mudah, meniru puasanya mudah, meniru zakatnya mudah, tapi meniru kanjeng Nabi Muhammad SAW dalam perihal memanusiakan manusia, repot, enggak sembarang orang bisa," kata Sodik.
(m purwadi)