Ticker

6/recent/ticker-posts

Seminar IAINU: Jauhi Saja Post-Truth, Utamakan Kemashlahatan Umat (3)





kabarnu(23/5)- Dr Tedi Kholiludin MSi mencoba membedah realitas pandemic covid19 dengan diskursus post truth (pascakebenaran). Hal ini terungkap dalam Webinar Nasional Fakultas Tarbiyah IAINU Kebumen, Jumat (22/5).

Sebenarnya wacana post-truth lebih banyak bersinggungan dengan realitas dunia politik. Secara sederhana, wacana ini merupakan suatu keadaan dimana fakta obyektif atau realitas obyektif itu tidak terlalu memberikan pengaruh dalam membangun opini publik, dibandingkan dengan perasaan atau keyakinan personal. Wacana ini menggambarkan bahwa orang itu menjatuhkan pilihan politik berdasarkan pada tendensi subyektivitas personalnya, meskipun di hadapannya cukup banyak fakta obyektif yang dapat menjadi dasar pilihannya. Kebenaran tidak lagi berdasarkan fakta obyektif. Demikian Tedi mencoba memaparkan apa itu wacana post truth.

“Kebenaran sudah tidak lagi berdasarkan fakta obyektif, akan tetapi lebih pada tendensi dan subyektivitas personal, termasuk soal keyakinan”, ungkap Tedi mengawali paparannya.

Post truth itu beda dengan hoaks. Post truth itu sikap merasa benar”, tandas doktoral Sosiologi Agama ini.

Awalnya memang diskursus ini banyak dipakai dalam politik di Amerika dan Eropa, akan tetapi kemudian berkembang juga di Indonesia. Ini tentunya cukup menjadi kerikil dalam perjalanan demokrasi yang membutuhkan pada data partisipasi yang terukur. Tedi melihat ini cukup banyak dipengaruhi oleh rendahnya tingkat literasi kita.
Terkait dengan pandemic covid19, menurut Tedi, apakah angka-angka jumlah penderita covid19 di Indonesia menjadi fakta dan data obyektif  yang menjadikan kita sadar akan kebenaran dan pentingnya sains ilmiah?, ataukah tidak sama sekali?

“Dalam situasi pandemic seperti ini,   sebaiknya memang jangan ada ruang untuk post truth. Menyangkal kebenaran akan sangat beresiko pada kehidupan kita”, ungkap Tedi.

“Justru yang penting sebenarnya bagaimana merekonstruksi tradisi keberagamaan ini di tengah pandemic covid19 atau setelahnya”, tandas Tedi.

Menanggapi  pertanyaan dan respons peserta, Tedi mengharap kita kerja realistis saja sesuai bidangnya masing-masing dan standar kerjanya, dengan mempedomani pentingnya prinsip lil-mashlahatil-ummah. Di closing statement akhir acara, Tedi berpendapat bahwa yang bertahan hidup itu bukan yang terkuat, akan tetapi yang dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Selain Dr Tedi Kholiludin MSi, hadir juga sebagai narasumber Dr Syahbudi MAg dosen IAIN Pontianak dan Dr Sulis Rokhmawanto MSi Direktur Pasca Sarjana IAINU Kebumen. Acara dibuka Dekan Fakultas Tarbiyah Benny Kurniawan MPdI, dengan moderator Agus Salim Chamidi MPdI dosen IAINU Kebumen. Acara yang berlangsung Jumat (22/3) diikuti 400 orang lebih, baik dari kalangan umum, dosen, dan mahasiswa, baik di wilayah Pulau Jawa maupun luar Jawa. Acara bergizi ini berlangsung santai gayeng. Acara diselenggarakan melalui aplikasi Zoom dan juga live streaming melalui akun facebook  Fakultas Tarbiyah IAINU Kebumen. (*)