kabarnu(23/5)- Dr Tedi
Kholiludin MSi mencoba membedah realitas pandemic covid19 dengan diskursus post truth (pascakebenaran). Hal ini
terungkap dalam Webinar Nasional Fakultas Tarbiyah IAINU Kebumen, Jumat (22/5).
Sebenarnya wacana post-truth lebih banyak bersinggungan
dengan realitas dunia politik. Secara sederhana, wacana ini merupakan suatu
keadaan dimana fakta obyektif atau realitas obyektif itu tidak terlalu
memberikan pengaruh dalam membangun opini publik, dibandingkan dengan perasaan
atau keyakinan personal. Wacana ini menggambarkan bahwa orang itu menjatuhkan
pilihan politik berdasarkan pada tendensi subyektivitas personalnya, meskipun
di hadapannya cukup banyak fakta obyektif yang dapat menjadi dasar pilihannya.
Kebenaran tidak lagi berdasarkan fakta obyektif. Demikian Tedi mencoba
memaparkan apa itu wacana post truth.
“Kebenaran sudah tidak
lagi berdasarkan fakta obyektif, akan tetapi lebih pada tendensi dan
subyektivitas personal, termasuk soal keyakinan”, ungkap Tedi mengawali
paparannya.
“Post truth itu beda dengan hoaks.
Post truth itu sikap merasa benar”, tandas doktoral Sosiologi Agama ini.
Awalnya memang
diskursus ini banyak dipakai dalam politik di Amerika dan Eropa, akan tetapi
kemudian berkembang juga di Indonesia. Ini tentunya cukup menjadi kerikil dalam
perjalanan demokrasi yang membutuhkan pada data partisipasi yang terukur. Tedi
melihat ini cukup banyak dipengaruhi oleh rendahnya tingkat literasi kita.
Terkait dengan pandemic
covid19, menurut Tedi, apakah angka-angka jumlah penderita covid19 di Indonesia
menjadi fakta dan data obyektif yang
menjadikan kita sadar akan kebenaran dan pentingnya sains ilmiah?, ataukah
tidak sama sekali?
“Dalam situasi pandemic
seperti ini, sebaiknya memang jangan ada ruang untuk post truth. Menyangkal kebenaran akan
sangat beresiko pada kehidupan kita”, ungkap Tedi.
“Justru yang penting
sebenarnya bagaimana merekonstruksi tradisi keberagamaan ini di tengah pandemic
covid19 atau setelahnya”, tandas Tedi.
Menanggapi pertanyaan dan respons peserta, Tedi mengharap
kita kerja realistis saja sesuai bidangnya masing-masing dan standar kerjanya, dengan
mempedomani pentingnya prinsip lil-mashlahatil-ummah. Di closing statement akhir
acara, Tedi berpendapat bahwa yang bertahan hidup itu bukan yang terkuat, akan
tetapi yang dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Selain Dr Tedi
Kholiludin MSi, hadir juga sebagai narasumber Dr Syahbudi MAg dosen IAIN
Pontianak dan Dr Sulis Rokhmawanto MSi Direktur Pasca Sarjana IAINU Kebumen. Acara
dibuka Dekan Fakultas Tarbiyah Benny Kurniawan MPdI, dengan moderator Agus
Salim Chamidi MPdI dosen IAINU Kebumen. Acara yang berlangsung Jumat (22/3) diikuti
400 orang lebih, baik dari kalangan umum, dosen, dan mahasiswa, baik di wilayah
Pulau Jawa maupun luar Jawa. Acara bergizi ini berlangsung santai gayeng. Acara
diselenggarakan melalui aplikasi Zoom
dan juga live streaming melalui akun facebook Fakultas Tarbiyah IAINU Kebumen. (*)