kabarnu(31/7)- Bertempat di Aula An-Nur Bumirejo Kebumen, A’wan PCNU Kebumen KH Yusuf Solahudin isi pengajian khaul ke-11, Selasa malam (30/7). Kyai Yusuf demikian sebutan panggilan akrabnya pun beberkan sejumlah kebiasaan gurunya, KH Nurchamid alias Mbah Nur.
“Mbah Nur itu istiqomah ngaji. Saya santri Mbah Nur sejak 1965 sampai tua. Puluhan tahun saya juga sering jemput Mbah ngaji di Sruweng. Jadi saya hafal dan banyak ngajinya”, ungkap Kyai Yusuf di hadapan sekitar 200 hadirin.
“Saya pun diajari cara make’ serban. Kapan duduk, ngobrol, saat ngaji”, ungkapnya sambil mempraktekkan cara memakai sorban dalam beberapa posisi.
“Bahkan saya ngaji soal benik (kancing baju). Mbah biasa kancing baju bawah sendiri dilepas Saya tanya, kata Mbah menjawab, itu ikut guru-gurunya”, bebernya lagi.
Mbah Nur Wonoyoso lahir tahun 1921 dan wafat diusia 92 tahun. Masa hidupnya banyak berkiprah di NU dan majelis pengajian. Di antaranya mengisi rutinan Selasa Sabtu di Masjid Wonoyoso, rutinan di Kolopaking Kebumen, di Jabres Sruweng, dan lainnya. Beliau mondok pertama setelah sunat di Pesantren Buniayu Tambak atas arahan KH Nashoha. Kemudian beliau melanjutkan mondok di Watucongol dan mengaji pada KH Dalhar.
Kemudian beliau melanjutkan mondok di Jampes mengaji pada KH Ihsan Jampes. Bahkan menurut keterangan Gus Hida Jampes beliau termasuk salah satu santri KH Ihsan yang ikut membantu menulis karya KH Ihsan Kitab Minhajul Imdad sarah dari Kitab Irsyadul ‘Ibad karya Syekh Zaeinudin Al Malabari. Mbah Nur menikah dengan Hj Fatonah tahun 1366H/1947M. Salah satu monumen untuk mengenang kiprah Mbah Nur adalah berdirinya Masjid KH Nurchamid di Wonoyoso.(*)