Ticker

6/recent/ticker-posts

Kyai Amir Yusuf Peniron Sang Pembaharu Kesenian Jamjaneng



KabarNU(22/3)- Mendengar nama desa Peniron, banyak orang teringat kesenian jamjaneng atau janeng. Menikmati musik jamjaneng, orang pun akan mengenang nama tokoh Kyai Amir Yusuf. Kyai ini yang membawa dan mengembangkan kesenian jamjaneng di Peniron dan sekitarnya.

Desa Peniron berada di wilayah Kecamatan Pejagoan Kebumen, sekitar satu jam dari kota Kebumen ke arah utara. Luasnya sekitar 951Ha. Ada delapan dusun, yaitu, Krajan, Rayung, Kelapasawit, Jati, Bulugantung, Perkutukan, Watucagak, dan Bak. Jumlah penduduk sekitar 6700 jiwa dan mayoritas bekerja di sektor pertanian. Mayoritas penduduk beragama Islam, dan sebagian masih menjalankan tradisi ajaran Kejawen. Kesenian yang hidup adalah cepetan, menthiet, lengger, dan jamjaneng.

Kesenian jamjaneng merupakan jenis seni musik, dan disebut juga seni terbangan Jawa. Di Kebumen jamjaneng muncul dibawa dua tokoh, Kyai Zamzani Mrentul dan Kyai Khayati Alian, yang belajar pada Syekh Nur Muhammad Pandeglang. Pada masa berikutnya penamaan ‘jamjaneng’ ini merujuk pada nama Zamzani (Kyai Zamzani). Zamzani menjadi jamjaneng. Sebagai kesenian Islami, jamjaneng mengambil syair-syair dan lagunya pada Kitab Al-Barzanji karya Syekh Ja’far yang berasal dari Barzanj Irak (1714-1763).

Adalah Kyai Amir Yusuf yang tengah menimba ilmu di Pesantren Somalangu. Lahirnya di Peniron 15 Maret 1918, putra dari Kyai Ali Mukmin. Kyai Amir muda bertemu dan belajar kesenian jamjaneng pada Kyai Zamzani Mrentul. 

Setelah mukim di Peniron Kyai Amir mengembangkan seni jamjaneng sebagai media dakwah Islamiyah. Dalam pementasannya Kyai Amir tidak menafikan menggunakan sajen (sesaji) ala penganut ajaran Kejawen agar dakwahnya mendapatkan ruang lebih luas di hati masyarakat Peniron dan sekitarnya. 

Selain itu Kyai Amir juga menambahkan lagu-lagu baru berbahasa Jawa karya Kyai Zamzani, Kyai Khayati, dan Kyai Imam Mukti. Kyai Zamzani dan Kyai Khayati merupakan generasi pertama jamjaneng di Kebumen, Kyai Imam Mukti generasi kedua, dan Kyai Amir Yusuf generasi ketiga. Tambahan lagu-lagu Jawa ini semakin memperkokoh keberadaan kesenian jamjaneng di Peniron dan sekitarnya. 

Kesenian jamjaneng Peniron mengalami kejayaannya pada 1970-1980, dan Kyai Amir benar-benar menjadi tokoh sesepuh jamjaneng di Peniron dan wilayah lainnya. Kyai Amir juga memperbaharui kesenian jamjaneng dengan membuat irama selingan yang dapat menyesuaikan dengan berbagai jenis musik. Metode pembaharuan jamjaneng ala Kyai Amir kemudian berkembang dan sekarang ini menjadi rujukan banyak kelompok kesenian jamjaneng di Kebumen.

Di masa tuanya Kyai Amir Yusuf sempat menjadi kaum atau Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra) Desa Peniron. Tahun 1995 Kyai Amir tutup usia, umur 77 tahun. Beliau wafat Jumat Kliwon 13 Jumadilawal.1416H.

Desa Peniron menjadi basis kesenian jamjaneng. Ada sekitar 14 grup jamjaneng. Lagu-lagu karya Kyai Amir Yusuf masih berkumandang hingga kini. Ada tiga lagu Kyai Amir yang ditulis pada 1971, yaitu, sun elingno, ma rama njaluk madhang, dan sucekno. Ada tiga lagu pada 1972, yaitu, eling-eling aja wani, awan-wan kaline banjir, dan kentrung. Pada 1979 ada tiga lagu lagi, yaitu, astaghfirullah, Kebumen kutane rame, dan eling kaline banjir.
 
Apabila Anda penyuka seni dan musik, atau Anda perlu refreshing, Anda layak menikmati karya-karya asli Kyai Amir Yusuf di kompleks mushalla Daruttaqwa Peniron sambil menikmati malam alam pedesaan.(*)

(Diolah dari berbagai sumber)