Ticker

6/recent/ticker-posts

Panduan Menulis Sejarah Masjid/Mushola NU

 


LTMNU (3/3)- Kebanyakan sejarah sebuah masjid/mushola NU belum ditulis dengan lengkap oleh pengurus takmirnya. Bahkan kadang hanya asyik menjadi tradisi lisan saja, sebab mungkin para tokohnya merasa sungkan dan tidak mau pamer. Akibatnya kesejarahan masjid/mushola tersebut makin lama makin kabur. Oleh karenanya tradisi tulis-menulis sejarah masjid/mushola NU menjadi penting agar keberadaan masjid/mushola NU beserta amalannya ikut terjaga lestari. Jangan sampai di kemudian hari masjid/mushola NU berubah sejarah dan amalannya gara-gara tidak ada bukti dokumentasi kesejarahan yang mendukung.


Untuk itu LTM PCNU Kebumen merasa perlu membantu sedulur takmir masjid/mushola. Berikut panduan singkat langkah-langkah menulis sejarah masjid/mushola NU.


Pertama, Sejarah dan Letak Geografis. 

Kumpulkan data seputar kapan masjid/mushola NU didirikan. Siapa saja tokoh yang terlibat dalam pendiriannya. Kalau sudah terkumpul, mulailah menyusun narasi sejarah. Misal saja, Masjid Baiturrohman ini didirikan pada 10 Rajab 1330H, bertepatan dengan tanggal 10 September 1970M. Masjid ini didirikan atas inisiatif almarhum KH Hasanudin yang didukung oleh KH Amirudin, H Mahmudi, H Samsudin, dan masyarakat Desa Alaswangi. Menurut hasil wawancara dengan KH Muslim (Juli 2025), putra sulung KH Hasanudin, masjid ini didirikan di atas tanah waqaf KH Hasanudin. KH Hasanudin sendiri merupakan santri alumni dari Ponpes Al-Hikam asuhan KH Anwar saat itu. Setelah mendapatkan restu KH Anwar gurunya, KH Hasanudin pun segera mendirikan masjid. Setelah jadi, masjid diberi nama Baiturrohman atas petunjuk KH Anwar. Masjid Baiturrohman ini sudah tercatat di Kemenag dengan Nomer Identitas 01.23.45.67.00007 dan Surat Tanda Waqaf (STW).

Itu semua contoh saja seputar pendirian masjid. Pada bagian ini juga dapat diperkaya dengan narasi tentang pembangunan dan penambahan luas tanah ataupun bentuk bangunan masjid/mushola NU. Sebaiknya bagian ini dilengkapi dengan bukti dokumentasi foto yang mendukung, seperti foto tokoh, foto masjid awal pendirian, dan lainnya. Jangan lupa ordinat lokasi geografis masjid/mushola. Takmir bisa memanfaatkan google map untuk membuatnya.


Kedua, Amalan dan Kegiatan Rutin

kumpulkan data seputar amalan yang lestari sejak berdirinya masjid/mushola NU. Misalnya tentang tata cara pelaksanaan sholat Jumat, kegiatan khas tahlilan tiap malam Jumat di masjid/mushola, rutinan pengajian kitab tafsir, dan lainnya. Narasikan semua dengan jelas dan rapih. Sertakan dokumentasi foto yang mendukung.

Beberapa masjid/mushola juga mengembangkan diri dengan mendirikan pusat kegiatan belajar seperti TPQ dan Madin. Pendiriannya juga harus menjadikan bagian dari narasi kesejarahan masjid/mushola NU. Sekali lagi sertakan dokumentasi foto yang mendukung.


Ketiga, Yang Khas dan Unik

kumpulkan data seputar kekhasan dan keunikan fisik bangunan masjid/mushola. Ada banyak masjid/mushola yang masih melestarikan benda-benda atau sudut bangunan yang khas. Misalnya tentang mimbar khotbah dan tongkat, plengkung pengimaman, saka tiang kayu, bedug dan kenthongan, dan lainnya. Jangan lupa sertakan dokumentasi foto terkait.



Tadarus Al Quran


Keempat, Potret 5 Tahun Terakhir

Kumpulkan data kekinian kegiatan masjid/mushola NU selama 3-5 tahun terakhir. Pada bagian ini silahkan dibuat narasi yang jelas dan rapih tentang apa saja kegiatan-kegiatan kekinian yang diselenggarakan di masjid/mushola. Misalnya kegiatan khataman Al Quran, santunan anak yatim piatu dan jompo, pendirian koperasi masjid, kegiatan remaja masjid, dan lainnya.

Pada bagian ini dapat diperkaya dengan narasi seputar keterlibatan tokoh/masjid/mushola dalam kegiatan NU. Misalnya, masjid/mushola pernah menjadi lokasi pemilihan pengurus Ranting NU Desa Alaswangi pada tahun 2018, KH Muslim imam Masjid Baiturrohman pernah menjadi Rois Syuriyah Ranting NU Desa Alaswangi 2018-2023, dan lainnya.


Kelima, Simpul dan Harapan

Terakhir, buatlah narasi simpulan tentang sejarah sekaligus peran masjid/mushola NU di tengah masyarakat. Buat juga beberapa harapan pengembangan masjid/mushola NU kedepan agar generasi penerus dapat melanjutkan perjuangannya.

Demikian sekilas panduan singkat cara menulis sejarah masjid/mushola NU. Dengan dituliskannya sejarah masjid/mushola NU yang disertai hasil wawancara dan dokumentasi yang jelas dan rapih, semoga masadepan masjid/mushola NU semakin terarah dan bermanfaat. Generasi penerusnya juga kiranya akan semakin prihatin  dan hati-hati dalam melanjutkan perjuangan pendahulunya.


Tambahan, di era serba internet dan media sosial, sepertinya tulisan kesejarahan masjid/mushola NU layak untuk di-ekspose dan dipublikasikan. Ada banyak pengurus takmir masjid/mushola NU yang sudah melakukannya dalam rangka syiar dakwah Islamiyah.

Akhirnya, panduan singkat ini tentu jauh dari sempurna. Semoga saja panduan singkat ini menginspirasi dan bermanfaat. Semoga Alloh SWT senantiasa memberkati dan meridloi perjuangan segenap pengurus takmir masjid/mushola NU.(*)