Ticker

6/recent/ticker-posts

Masjid dan Mushola NU dalam Pengembangan Masyarakat di Kebumen



LTMNU (25/2)- Tulisan ini mencoba mengemukakan gagasan betapa pentingnya posisi masjid mushola NU dalam pengembangan masyarakat di Kebumen. Kita sudah tahu, Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia. NU memiliki peran strategis dalam membentuk karakter keagamaan dan sosial masyarakat, termasuk di Kabupaten Kebumen. 
Sebagai basis kuat NU, Kebumen memiliki masjid dan mushola. Jumlahnya 1.700 lebih. Masjid mushola ini berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, sosial, dan budaya. Namun, potensi ini hanya dapat dioptimalkan melalui manajemen yang profesional dan berkelanjutan. Esai ini membahas pentingnya manajemen masjid dan mushola NU di Kebumen dalam konteks penguatan masyarakat Islam, dengan merujuk pada prinsip kelembagaan NU, tantangan lokal, dan dampak sosialnya.
 
Peran dan Fungsi Masjid Mushola NU dalam Masyarakat 
Masjid dan mushola dalam tradisi NU berfungsi sebagai center of excellence (pusat keunggulan) yang mengintegrasikan nilai spiritual, pendidikan, dan kemanusiaan. Menurut Zamakhsyari Dhofier (1982), masjid NU sering menjadi episentrum pengembangan Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) melalui kegiatan seperti pengajian kitab kuning, tahlilan, halaqoh, bahtsul masail diniyah, dan dialog kelompok. Di Kebumen, masjid tidak hanya menjadi tempat salat, tetapi juga ruang pembelajaran santri/murid, lokasi koordinasi program NU, dan simpul solidaritas warga. 
Manajemen yang baik diperlukan agar fungsi ini tetap relevan dengan dinamika masyarakat. Misalnya, pengelolaan dana zakat dan infak secara transparan dapat mendanai program beasiswa, termasuk untuk bantuan bencana alam. Apalagi Kebumen termasuk kerap terjadi bencana alam seperti longsor dan banjir (BPBD Kebumen, 2023). Tanpa manajemen yang serius dan akuntabel, kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan masjid mushola NU bisa menurun.
 
Tantangan Manajemen Masjid/Mushola NU di Kebumen 
Meski memiliki peran penting, pengelolaan masjid dan mushola NU di Kebumen menghadapi sejumlah tantangan. PertamaSumber Daya Manusia; sebagaimana disebutkan Azra (2003), bahwa mayoritas pengurus masjid adalah relawan dengan kapasitas manajerial terbatas. Hal ini berpotensi menghambat inovasi program. KeduaDigitalisasi; minimnya pemanfaatan teknologi untuk administrasi atau promosi kegiatan mengurangi partisipasi generasi muda. KetigaFragmentasi Sosial; sebagaimana disinggung Wahid (2010), Masjid mushola NU di Kebumen nampaknya harus ‘bersaing’ dengan kelompok Islam lainnya dalam menarik partisipasi jamaah. 




Dampak Manajemen Profesional terhadap Masyarakat 
Manajemen (pengelolaan) masjid mushola NU yang efektif dapat menghasilkan dampak multidimensi. Diantaranya, pertama, dampak pendidikan. Bahwa program seperti Madrasah Diniyah (Madin) atau kursus keterampilan berbasis masjid mushola mampu mengurangi angka putus sekolah. Kedua, dampak ekonomi. Baitul Mal wat Tamwil (BMT) dan koperasi yang dikelola masjid NU di Kebumen dapat berperan dalam pemberdayaan warga, komunitas, dan UMKM melalui pinjaman lunak. Ketiga, harmoni sosial. Bahwa adanya forum silaturahmi antarumat beragama yang diadakan di masjid mushola NU dapat meredam potensi konflik. Ini memperkuatkan Kebumen sebagai kabupaten dengan indeks kerukunan tinggi (Kemenag RI, 2023). 
 
Rekomendasi (Saran) Peningkatan Manajemen 
Berikut beberapa saran yang patut dikembangkan untuk peningkatan manajemen masjid mushola di Kebumen. 
  1. Pelatihan Pengurus: Kolaborasi dengan Pemda Kebumen, Kemenag, Baznas, dan perguruan tinggi NU Kebumen untuk pelatihan manajemen masjid mushola, manajemen zakat, administrasi masjid mushola, dan pemanfaatan teknologi. 
  2. Transparansi Keuangan: Mengadopsi aplikasi seperti aplikasi Menara Masjid Baznas untuk pelaporan real-time
  3. Inklusi Generasi Muda: Membentuk divisi remaja/pemuda masjid mushola yang fokus pada kegiatan kreatif, seperti podcast keagamaan atau pelatihan digital marketing

Kesimpulan
 
Manajemen masjid dan mushola NU di Kebumen bukan sekadar urusan teknis, tetapi investasi untuk menjaga marwah Islam yang inklusif dan berdampak sosial. Dengan memperkuat tata kelola, masjid mushola NU akan tetap menjadi agen peradaban yang tetap relevan di era moderen. Kolaborasi antara pengurus takmir, masyarakat, swasta, dan Pemkab Kebumen diperlukan untuk mewujudkannya.
 
Daftar Referensi 
Dhofier, Zamakhsari. (1982). Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES. 
Azra, Azumardi. (2003). Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, Jakarta: Kencana. 
Kementerian Agama RI. (2023). Indeks Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. 
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kebumen. (2023). Laporan Risiko Bencana Tahun 2023. 
Wahid, A. (2010). Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, Yogyakarta: LKiS.